Halaman

Alohomora

ALOHOMORA

Sabtu, 14 Februari 2015

Fakta-fakta Terselubung yang Terungkap Melalui Buku



Fakta-fakta Terselubung yang Terungkap Melalui Buku
(by : Friska Maulani Dewi)


Pernahkah Anda berpikir tentang pengaruh yang ditimbulkan membaca terhadap kehidupan Anda?  Apa manfaat dari buku terhadap kelangsungan hidup Anda?  Mengapa Anda membaca?  Jawabannya mungkin akan beranekaragam karena pola pikir seseorang terhadap suatu hal akan berbeda satu sama lainnya.  Jawaban yang beranekaragam tersebut setidaknya lebih baik dari pada orang-orang yang tidak bisa menjawab pertanyaan sederhana tersebut.  Pasalnya, ternyata masih banyak orang-orang yang pintar tapi bodoh di dunia ini.  Masih banyak orang yang bisa melihat dengan jelas namun bertindak seperti layaknya orang buta.

Literasi.  Ya, semua ini tentu saja masih tentang dunia literasi karena membaca merupakan salah satu pilar pokok dari dunia literasi.  Mungkin bagi sebagian orang di dunia ini, membaca adalah suatu hal yang menyenangkan yang akan mereka lakukan dengan sukarela dan senang hati.  Namun, bagi sebagian orang lainnya, membaca adalah suatu hal yang amat sangat menyiksa dan paling tidak disukai.  Orang-orang seperti inilah yang matanya masih terpejam, mereka belum “melek” literasi.  Mereka tidak menyadari pentingnya dari membaca.
Tahukah Anda bahwa selain asupan gizi dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari, tubuh kita pun butuh asupan gizi dan nutrisi lain?  Otak kita lah yang memerlukan asupan gizi dan nutrisi lain yang berupa informasi-informasi.  Dan asupan gizi tersebut akan bisa kita penuhi dengan membaca.  Seperti halnya tubuh kita yang akan melemah jika asupan gizi dan nutrisi tidak terpenuhi, begitu pula dengan otak kita.  Otak kita memerlukan gizi dan nutrisi yang berupa informasi-informasi baru untuk mengupdate pengetahuan yang kita miliki.  Dan jika asupan nutrisi tersebut tidak terpenuhi, niscaya otak kita akan melemah, semakin lemah hingga pada akhirnya otak kita akan tumpul atau bahkan macet.
Mari kita berhenti sejenak dan memikirkan posisi kita sekarang ini.  Pernahkan ada seseorang yang bertanya kepada Anda, “Apa yang membuat Anda akhirnya menjadi diri Anda seperti sekarang ini?”  atau jika memang tidak ada orang lain yang bertanya seperti itu, pernahkah Anda berpikir untuk berani bertanya pada diri Anda sendiri dengan pertanyaan yang sama?  Mungkin Anda akan menjawab ini adalah karena pelajaran yang saya dapatkan dari orang tua, guru di sekolah dan lain-lainnya.  Ya, itu memang benar.  Namun, pernahkah Anda berpikir bahwa Anda yang sekarang ini merupakan hasil bentukan dari buku-buku yang telah Anda baca?  Mendengar hal ini, mungkin Anda akan mengernyitkan dahi dan berkata, “Sebegitu dahsyatnyakah pengaruh yang ditimbulkan oleh buku terhadap kehidupan seseorang?”  Nyatanya, survey telah membuktikan dengan amat mengejutkan bahwa ternyata jawabannya adalah “Ya”.
Kualitas suatu bangsa (kemajuan dan peradaban suatu bangsa) dapat terlihat dari suatu kualitas (mutu) dan kuantitas (jumlah) buku yang diterbitkan setiap tahunnya.  Bisa dibilang buku sebagai indikator penting bagi kemajuan suatu negara.  Lalu, apakah hanya sampai diterbitkan saja?  tentu saja tidak!  Akan percuma jika banyak buku yang diterbitkan (dipublikasikan) namun tidak ada yang membacanya.  Itu hanya akan menjadi informasi informasi yang ‘mati’ atau bahkan bisa dikatakan sebagai ‘kuburan informasi’ belaka.  Lehtonen dalam bukunya yang berjudul The Cultural Analysis of Text bahkan mengatakan bahwa suatu teks/bacaan (dalam hal ini buku) hanya akan “hidup” jika ada yang “menghidupkannya”.  Memangnya buku bisa hidup?  Bisa jika ada pembaca yang “menghidupkannya”.  Ya, karena tugas pembacalah yang pada akhirnya menciptakan makna-makna yang terkubur dalam suatu teks bacaan (buku) tersebut.
Lalu, pernahkah Anda mendengar seseorang yang berkata “Buku ini dengan begitu dahsyatnya telah mengubah hidup saya”.  Wow, pertama kali mendengarnya mungkin akan membuat orang lain terkejut.  Bahkan ada juga yang akan mengatakan “Ah, itu berlebihan.  Mana mungkin sebuah buku yang notabene adalah sebuah benda mati bisa memiliki pengaruh yang sebegitu dahsyatnya bagi kehidupan seseorang?”  Dibawah ini saya akan menyebutkan beberapa contoh betapa dahsyatnya pengaruh yang ditimbulkan oleh sebuah buku.
Saya pernah mendengar bahwa ada seorang dokter gigi yang benar-benar merasa hidupnya berubah setelah dia membaca sebuah novel.  Ya, sebuah novel yang notabene dibuat dengan tujuan untuk menghibur para pembacanya dengan alur cerita yang dipersembahkan.  Namun, ternyata bagi seorang dokter gigi tersebut, novel tersebut telah memberikan lebih dari sekedar ‘hiburan’ kepada kehidupannya.  Novel tersebut adalah tetralogy Laskar Pelangi yang ditulis oleh Andrea Hirata.  Dalam novel tersebut terdapat salah satu tokoh yang bernama Mahar yang diceritakan begitu mahir dalam seni, tetapi hidupnya hanya menjadi seorang pelatih beruk (monyet) yang dipekerjakan menjadi pengambil kelapa.  Sebenarnya dia memiliki kemampuan lebih yang bisa menjadi modalnya untuk mengejar mimpi-mimpi besarnya.  Namun, akibat terlalu fokus menunggu panggilan untuk menjadi honorer Pegawai Negeri, mimpi-mimpi indah itu pun harus Mahar telan kembali seperti layaknya sebuah pil pahit.
Sang dokter yang membaca novel tadi awalnya seperti Mahar yang bertekad untuk menjadi seorang Pegawai Negeri, namun sekarang dia bahkan sudah memiliki tempat praktek sendiri dan melupakan impiannya untuk menjadi seorang Pegawai Negeri.  Alasannya? Karena dia tidak ingin berakhir seperti Mahar.  Dia tidak ingin hanya menunggu nasib yang mendatangi dirinya, dan menyia-nyiakan apa yang bisa dia lakukan.  Karena itu dia lebih memilih untuk berusaha dan mendekati nasib baik yang ada.
Buku memiliki kekuatan rahasia yang tersembunyi dalam setiap lembarannya.  Banyak perubahan yang terjadi hanya karena pengaruh dari sebuah buku.  Seperti yang terjadi pada beberapa teman saya (saya telah melakukan sedikit riset terhadap mereka).  Ketika saya bertanya “Apa sih pengaruh yang ditimbulkan dari sebuah buku terhadap diri kamu?”  Teman-teman saya menjawab, “Tentu saja banyak”.  Lalu, mereka pun mulai bercerita kepada saya tentang buku-buku yang menurut mereka telah membawa pengaruh besar untuk kehidupan mereka sekarang ini.
Buku yang dimaksud dengan teman saya yang pertama memanglah bertema motivasi.  Sayangnya, dia lupa apa judul bukunya, dia hanya ingat nama pengarangnya yaitu Andre Wongso.  Dia mengambil sebuah kutipan penting dari buku tersebut yang dia rasa telah berpengaruh pada hidupnya kini.  Dalam bukunya tersebut Andre Wongso mengatakan,”Jika Anda meyakini Anda gagal, maka Anda akan gagal.  Dan jika Anda meyakini Anda sukses, maka Anda akan sukses.”  Berangkat dari kutipan sederhana itulah teman saya mulai merubah pola pikirnya.  Dia sekarang ini selalu berusaha sekuat tenaga untuk terus berpikiran positif.  Karena telah terbentuk dalam pola pikirnya bahwa pikiran positif akan selalu membawa hal-hal positif bersamanya.  Begitu pula sebaliknya, pikiran-pikiran negatif akan membawa hal-hal yang negatif pula bersamanya.
Lain lagi dengan yang terjadi pada teman saya lainnya.  Dia bercerita bahwa akhir-akhir ini dia sedang senang membaca buku-buku islami.  Kabar baiknya, ternyata buku-buku tersebut dengan suksesnya merasuk ke dalam dirinya dan membawa pengaruh positif kepada teman saya itu.  Bahkan jika diperhatikan lagi, terdapat perubahan-perubahan yang signifikan yang terjadi pada teman saya akibat pengaruh buku yang dia baca tadi.  Dia yang sekarang terlihat lebih dewasa dan selalu berusaha keras agar ibadahnya tidak putus.  Dia juga sekarang menjaga penampilannya agar menjadi muslimah seutuhnya (yang notabene harus berpenampilan selalu tertutup).  Dia bahkan berkata kepada saya, “Pola pikir saya berubah karena buku itu.  Saya yang tadinya mengira bahwa seorang muslimah berhijab harus menunggu siap mental dan hatinya siap lahir bathin itu ternyata salah.  Muslimah itu punya kewajiban untuk menutup auratnya terlepas apakah dirinya sudah siap ataupun belum siap sekalipun.”
Itulah kehebatan dari sebuah buku yang bisa dengan suksesnya memberikan pengaruh atau bahkan mengubah pola pikir seseorang tentang suatu hal.  Selain pada teman-teman saya, buku pun telah memberikan pengaruhnya terhadap hidup saya.  Disini saya juga akan bercerita tentang novel-novel yang saya rasa telah memberikan dampak positif terhadap kehidupan saya.  Mengapa novel?  Jawabannya adalah karena saya memang pecinta novel.  Ya, saya memang lebih suka untuk membaca novel jika dibandingkan dengan buku-buku jenis lainnya yang ada di muka bumi ini.  Setidaknya masih sedikit lebih baik dari pada orang-orang diluar sana yang tidak suka membaca buku sama sekali, kan?
Novel-novel yang saya maksud adalah tetralogy Laskar Pelangi dan trilogy Negeri 5 Menara.  Novel-novel ini memang berlatar belakang tentang dunia pendidikan.  Novel-novel ini juga sama-sama menceritakan tentang upaya keras dari anak-anak negeri yang memiliki mimpi-mimpi besar yang pada awalnya terlihat sangat mustahil untuk mereka raih.  Apalagi dengan keadaan mereka yang sama-sama kurang beruntung secara finansial, semakin membuat mimpi-mimpi mereka terlihat semakin jauh dan sulit diraih.  Namun, ketika takdir sudah berbicara, mimpi-mimpi mereka yang pada awalnya terlalu tinggi dan sering menjadi bahan cemoohan orang lain, ternyata dapat direalisasikan dengan amat sangat sukses.  Novel-novel inilah yang pada akhirnya telah dengan sukses mengubah pola pikr saya, yang tadinya berpendapat, “Hanya sekedar mimpi-mimpi belaka yang terlalu tinggi untuk dicapai” menjadi “Tidak ada yang tidak mungkin terjadi di dunia ini.  Semua hal yang terlihat sangat mustahil pun bisa menjadi kenyataan apabila kita terus berusaha mengejar mimpi-mimpi kita.   Jika anak-anak Belitong dan anak rantauan Sumatra saja bisa meraih semua mimpi-mimpi mereka, mengapa saya tidak bisa?”  Saya berharap dengan pola pikir yang seperti ini akan membawa saya ke kehidupan yang lebih baik lagi dari sebelumnya.
Pada dasarnya bukan seberapa banyak buku yang telah Anda baca, atau seberapa mahal dan bagus buku yang Anda baca, namun yang terpenting adalah seberapa banyak buku tersebut mempengaruhi Anda.  Dan apa yang Anda lakukan dengan pengaruh yang diberikan buku tersebut.  Karena apa yang Anda lakukan akan berhubungan dengan apa yang orang lain lakukan.  Dan apa yang Anda dan orang lain lakukan kemudian akan berhubungan dengan apa yang akan terjadi pada dunia ini.  Rumit? Mungkin.  Dahsyat? Pastinya.  Namun kenyataannya buku yang notabene memang hanya sebuah benda mati dengan dahsyatnya mampu menimbulkan pengaruh yang begitu besar terhadap peradaban di dunia ini.
Seperti yang telah dikatakan oleh seorang Howard Zinn dalam artikelnya yang berjudul Speaking Truth to Power with Books, buku dapat memperkenalkan ide-ide baru yang tidak pernah terpikirkan oleh sang pembaca sebelumnya.  Inilah “warning” bagi si penulis buku.  Pasalnya sebagai seorang penulis, yang harus Anda tanamkan pada pola pikir Anda adalah “Jika ingin menulis, maka haruslah menulis dengan jujur dan sesuai dengan fakta yang ada.”  Oke, akan lain ceritanya jika Anda ingin menulis sebuah cerita fiksi, Anda bisa dengan bebas membentangkan imajinasi Anda seluas apapun.  Namun, jika selain cerita fiksa, faktalah yang akan berbicara.  Seperti yang dikatakan oleh seorang karakter dalam sebuah buku yang berjudul Hard Times yang ditulis oleh Charles Dickens, diceritakan karakter itu adalah seorang kepala sekolah yang sedang menasihati seorang guru muda, dia mengatakan “Remember, just give them facts, nothing but facts.”  Howard Zinn bahkan menggarisbawahi “facts, nothing but facts”.  Disini benar-benar ditekankan bahwa kita harus jujur dalam memberikan informasi kepada orang lain. Haruslah sesuai dengan fakta yang ada.
Coba kita bayangkan, jika ada seorang penulis yang ternyata tidak memberikan fakta-fakta dalam tulisannya (informasi-informasi yang diberikannya ternyata palsu belaka), lalu bagaimana nasib para pembacanya?  Tidak akan menjadi masalah yang serius jika yang membaca tulisannya adalah seorang pembaca yang kritis (yang tidak akan menerima begitu saja apa yang dibacanya) karena dia pasti tidak akan langsung percaya dan terpengaruh dengan informasi-informasi palsu tersebut.  Akan tetapi, bagaimana jika yang membaca informasi-informasi palsu tersebut ternyata seorang pembaca “innocent”?  pastinya pembaca “innocent” tersebut akan mengira bahwa yang dikatakan oleh si penulis tersebut adalah benar adanya dan sesuai dengan fakta yang ada.  Jika informasi-informasi palsu tadi ternyata telah sukses mengubah pola pikir pembaca “innocent” tersebut, lalu akan berpengaruh dengan apa yang dia katakan dan dia lakukan terhadap orang lain, maka akan semakin luaslah dampak yang telah ditimbulkan dari sebuah bacaan yang diproduksi dari seorang penulis yang tidak jujur (yang tidak menulis sesuai dengan fakta yang ada).
Buku beroperasi dalam banyak cara untuk mengubah suatu pandangan dan kesadaran masyarakat.  Contoh yang sangat tepat dalam hal ini adalah buku-buku tentang sejarah.  Sejarah yang notabene memiliki fungsi utama untuk mengungkapkan dan menceritakan segala sesuatu yang telah terjadi, haruslah berisi tentang fakta-fakta.  Namun, bagaimana jika sejarah tentang suatu hal yang selama ini telah Anda ketahui dan telah terpatri dalam pikiran Anda ternyata salah atau lebih parahnya lagi hanya sekedar kebohongan belaka?  Shock dan tidak percaya, mungkin itulah hal pertama yang akan Anda rasakan.  Apalagi jika fakta baru yang terungkap ternyata berbeda 180 derajat dari versi aslinya (versi yang selama ini Anda anggap benar dan telah terpatri dalam otak Anda).  Bahkan beberapa orang akan langsung berpendapat bahwa sang penulis tersebut pasti sudah gila karena dia menulis informasi-informasi baru yang 180 derajat berbeda (walaupun hal tersebut memang fakta yang sesungguhnya).
Seperti yang terjadi pada Howard Zinn ketika bukunya yang berjudul A people’s History of the United States diterbitkan, dia bahkan mendapat masalah yang berupa banyak e-mail yang diterimanya dari seluruh negeri.  Parahnya lagi, mayoritas isi dari e-mail yang dia terima berisi tentang kemarahan orang-orang yang telah membaca bukunya tersebut.  Anehnya, rata-rata orang-orang tersebut hanya membahas bab pertama dari buku yang merupakan sebuah karya masterpiece dari seorang Howard Zinn.  Lalu, apakah itu berarti mereka semua hanya membaca bab satunya saja?  Mungkin saja begitu, atau bisa juga mereka semua memang telah membaca bukunya dari awal hingga akhir, namun dikarenakan terdapat suatu hal dalam bab pertama itu yang membuat mereka semua “berkicau” tentang bab pertama dari buku tersebut.
Ketika saya mencoba membaca buku yang merupakan masterpiece dari tangan seorang Howard Zinn tersebut, akhirnya saya pun paham.  Saya dapat mengerti mengapa ia mendapatkan hadiah berupa banyak “kicauan” dari orang-orang yang telah membaca bukunya, terutama pada bab pertamanya.  “Dia sangat berani.” Mungkin itulah yang ada dipikiran saya ketika saya mencoba untuk membaca buku tersebut.  Dia sangat berani atau justru sangat gila?  Bayangkan saja, seorang Howard Zinn dengan beraninya mengungkap siapa Christopher Columbus yang sesungguhnya.  Jika ada pertanyaan “Siapakah Christopher Columbus itu?” Pasti Anda akan menjawab “Dia adalah yang menemukan benua Amerika”.  Ya, memang sudah terpatri dalam anggapan setiap orang di dunia ini bahwa Christopher Columbus adalah orang yang menemukan benua Amerika.  Dia “nyasar” dan beranggapan bahwa dirinya telah berada di daratan Asia, meskipun pada kenyataannya dia masih berada pada Kepulauan Bahama.  Terlepas dari kegiatan “kesasar”nya itu, selama ini Christopher Columbus memang disebut-sebut sebagai “penemu benua Amerika”.  Dia telah dikenal sebagai pahlawan, penemu (penjelajah) yang hebat dan berani karena dia telah gagah berani mengarungi “samudera yang gelap dan berkabut”.
Namun, apa yang terjadi ketika Anda disuguhkan dengan fakta-fakta baru tentang Christopher Columbus yang ternyata 180 derajat sangatlah berbeda.  Dengan lantangnya Howard Zinn menyatakan bahwa Christopher Columbus adalah seorang munafik yang merangkap sebagai penculik, penyiksa, dan seorang pria tamak yang tidak segan untuk membunuh dengan keji bahkan memutilasi orang-orang pribumi di “dunia baru” yang dia temukan tersebut.  Hal inilah yang memicu kemarahan dari orang-orang yang selama ini telah diajarkan bahwa Christopher Columbus adalah seorang pahlawan dan penjelajah hebat.  Menurut saya, orang-orang seperti inilah yang disebut sebagai orang-orang dengan pikiran yang sempit.  Setiap harinya pasti akan muncul fakta-fakta dan informasi-informasi baru karena ilmu pengetahuan tidak akan “mandeg” pada suatu titik saja, dia bersifat revolusioner.  Disinilah kita dituntut untuk bisa menjadi seorang pembaca yang kritis.  Pembaca kritis tidak akan dengan mudah menerima suatu informasi begitu saja, namun dia juga tidak akan langsung menolak informasi baru tersebut begitu saja.
Seperti yang telah disebutkan diatas, pertama kali membaca tentang fakta-fakta baru tentang Christopher Columbus ini, saya pun merasa terkejut.  Selama ini saya hanya sebatas mengetahui bahwa Christopher Columbus adalah penemu benua Amerika.  Lalu, ketika saya membaca tulisan Howard Zinn tersebut, saya langsung berusaha mencari informasi-informasi tambahan mengenai hal tersebut.  Dan betapa terkejutnya saya ketika saya menemukan banyak orang yang juga membahas secara gamblang informasi baru tersebut.  Bahkan dalam sebuah situs forum di internet, dijelaskan secara gamblang bagaimana kekejian dari seorang Christopher Columbus.
Dalam forum tersebut dijelaskan bahwa Christopher Columbus telah memperbudak banyak penduduk lokal dan bahkan membantai mereka secara besar-besaran.  Christopher Columbus dan anak buahnya ternyata ‘hobi’ memotong tangan para penduduk lokal dan membiarkan mereka semua berdarah sampai mati.  Mereka dikenal juga sering melakukan penggantungan manusia secara massal.  Orang-orang dipanggang di pantai dan bahkan mereka sering memenggal kepala anak-anak untuk kemudian diberikan sebagai makanan anjing sebagai hukuman untuk kesalahan yang paling kecil sekalipun.  Inilah yang menjadi bukti mencengangkan atas kekejaman dan kebiadaban yang telah dilakukan oleh Christopher Columbus bersama para pengikutnya.  Lalu, masihkah Anda menganggap Christopher Columbus sebagai pahlawan yang telah melakukan ekspedisi dan penjelajahan-penjelajahan hebat?
Berkenaan dengan “dunia baru” yang ditemukan oleh Christopher Columbus, ternyata terdapat fakta-fakta mengejutkan tentang hal itu.  Banyak fakta yang menyatakan bahwa Christopher Columbus bukanlah orang pertama yang tiba di Amerika.  Karena ketika dia tiba disana, ia mendapati “dunia baru” tersebut telah dihuni masyarakat.  Ia juga bukanlah orang Eropa pertama yang sampai ke benua itu karena sekarang telah diakui secara meluas bahwa orang-orang Viking dan Eropa Utara telah berkunjung ke Amerika Utara pada abad ke 11.  Bahkan jauh sebelumnya diyakini orang-orang Tiongkok dan kaum Muslim telah menginjakkan kaki mereka di benua Amerika terlebih dahulu.
Menurut catatan Wikipedia, Columbus mengira pulau tersebut masih perawan dan belum berpenghuni sama sekali.  Mereka berorientasi akan menjadikan pulau tersebut sebagai perluasan wilayah Spanyol.  Akan tetapi, setelah menerobos masuk ke pulau itu, Columbus terkejut karena menemukan sebuah bangunan yang persis seperti yang pernah dia lihat sebelumnya ketika mendarat di Afrika.  Anda tahu bangunan apakah itu?  Ternyata bangunan megah itu adalah Masjid yang dipakai orang-orang Islam untuk beribadah.  Lalu, mengapa bisa ada Masjid disana?  Karena seperti yang telah dikatakan diatas, ternyata Islam telah terlebih dahulu tiba di benua tersebut.  Namun, berbeda dengan niat Christopher Columbus yang ingin bertindak jahat terhadap penduduk pribumi disana, kaum Muslim tersebut ternyata hanya ingin berdagang.  Karena diterima oleh penduduk lokal disana, akhirnya pun orang-orang Islam tersebut melakukan asimilasi perkawinan dengan orang-orang Indian dari suku Iroquois dan Algonquin.  Pernahkah Anda mendengar tentang Ibnu Batutah dan laksamana Cheng Ho?  Merekalah yang terlebih dahulu tiba di benua Amerika, bahkan jauh sebelum kedatangan Christopher Columbus.  Bahkan menurut salah satu suku Indian Cherokee (yang ternyata adalah orang Islam!) mengatakan, “Laksamana inilah yang sepatutnya dinobatkan sebagai penemu pertama benua Amerika”. Jadi, masihkah Anda berpendapat bahwa Christopher Columbus adalah penemu benua Amerika?
Secara mengejutkan itulah keajaiban dari sebuah buku, ia bisa melampaui batas ruang dan waktu dengan leluasa.  Dengan membaca buku kita dapat menjelajahi berbagai tempat di dunia dan mengungkapkan fakta-fakta baru tanpa perlu mengunjunginya. Seperti ketika kita membahas tentang sejarah benua Amerika tadi, apakah kita harus pergi ke Amerika untuk mengungkapkan fakta-fakta tersebut?  Tentu saja tidak.  Hanya dengan membaca buku, kita dapat mengetahui segala sesuatu tentang benua Amerika.  Fakta-fakta terselubung pun pada akhirnya bisa terungkap secara gamblang melalui sebuah buku.  Dengan catatan bahwa informasi-informasi yang ada dalam buku tersebut haruslah benar dan sesuai dengan fakta-fakta yang ada.
Saya merasa sangat setuju dengan ‘final word’ yang dituliskan oleh Howard Zinn dalam artikelnya yang berjudul Speaking Truth to Power with Books, yang dia kutip dari Kurt Vonnegut.  Ketika ditanya “Why do you write?” Vonnegut menjawab, “I write so you would know there are people who feel the way you do about the world, that you are not alone.”  Ya, seringkali orang-orang merasa seakan dia sendirian di dunia ini.  Namun, ketika dia membaca buku dan merasa satu pemikiran dengan si penulis, maka dia tidak akan merasa sendirian lagi.  Ia akan menyadari bahwa di dunia ini ada orang lain yang seperti dia, yang melihat dunia ini dengan cara yang dia lakukan.
Itulah keajaiban dari sebuah buku yang notabene hanyalah sebuah benda mati. Buku mempunyai kekuatan besar yang sering memberikan pengaruhnya kepada pola pikir kita. Melalui buku kita bisa melihat dunia.  Melalui buku peradaban bisa berubah.  Melalui buku fakta-fakta terselubung pun dapat terungkap.
“The truth is that every book we read, like every person we meet, has capacity to change our lives.” – Susan Cooper
“The more you read, the more things you will know, the more that you learn, the more places you’ll go.” – Dr. Seuss, “I Can Read with My Eyes Shut!”


References



Tidak ada komentar:

Posting Komentar